"Crazy Rich Indonesians" Belanja Properti di Singapura hingga Sydney

19 Sep 2018 08:42 | Di posting oleh: adminmercy

JAKARTA, KOMPAS.com - Euforia film Crazy Rich Asians melanda berbagai negara. Film yang mengambil latar beberapa tempat menarik di Singapura dan Malaysia ini membius penonton karena dianggap mewakili ras Asia. Crazy Rich Asian disebut-sebut sebagai film Hollywood pertama dalam seperempat abad terakhir dengan semua pemainnya keturunan Asia.

"Wabah" Crazy Rich Asians yang dipopularkan dengan tagar #crazyrichasians disambut antusias. Tak hanya pratinjau dari berbagai media, juga warganet pengguna media sosial.  Bahkan, sejumlah warganet pengguna twitter, membuat tagar tandingannya yakni #crazyrichsurabayans. Tagar ini mencuitkan betapa orang Surabaya tak kalah kaya dibanding yang digambarkan dalam film dengan bintang Michelle Yeoh tersebut. Namun bedanya, dalam kehidupan nyata (setidaknya menurut kesaksian warganet), kekayaan orang Surabaya tak ditonjolkan secara kasat mata. Mafhum jika orang Surabaya punya motor gede (moge) lima buah di rumahnya. Padahal harga satu moge bisa membeli dua hingga tiga mobil Avanza.

Tak hanya itu, orang Surabaya juga punya properti atau secara spesifik rumah landed dengan harga selangit. Menurut kesaksian warganet, ada seorang ibu yang membeli rumah di Manyar, Kutoarjo seharga Rp 24 miliar.  Ibu itu dengan enteng menganggap murah rumah puluhan miliar tersebut dengan kata-kata enteng, "Murah. Cuma Rp 24 miliar".

Menarik mengulas bagaimana perilaku kalangan ultra kaya atau beken disebut ultra high net worth individual (UHNW) Surabaya, atau Jakarta secara khusus, dan Indonesia secara umum dalam membelanjakan uangnya di sektor properti. Jumlah orang kaya Indonesia Siapa sebetulnya yang pantas mendapat sematan Crazy Rich Indonesians? Associate Director Research and Consultancy Knight Frank Indonesia Hasan Pamudji menuturkan, Crazy Rich Indonesians adalah orang-orang dengan finansial mapan, dan anak muda, untuk tidak disebut generasi milenial, keturunan kalangan superkaya atau UHNW tadi.

Kekayaan mereka, tak cuma warisan orang tua, juga hasil berbisnis, dan berinvestasi di segala sektor, terutama keuangan, perbankan, dan properti. "Jumlah orang kaya di Indonesia tahun 2018 ini diperkirakan sekitar 22.918 orang," ungkap Hasan menjawab Kompas.com, Selasa (18/9/2018). Rinciannya, sebanyak 21.526 orang memiliki kekayaan di atas 5 juta dollar AS atau ekuivalen Rp 74,3 miliar, 1.314 orang dengan aset di atas 50 juta orang atau setara Rp 743,3 miliar, dan 78 orang dengan kekayaan di atas 500 juta dollar AS atau Rp 7,4 triliun. Aset mereka tak hanya dalam bentuk uang tunai, dan valuta asing, juga aset tak bergerak macam rumah, apartemen, pabrik, kantor, dan tanah.

Belanja properti di luar negeri Kebiasaan  Crazy Rich Indonesians ini, menurut CEO Leads Property Indonesia Hendra Hartono tak hanya membelanjakan uang untuk barang-barang bermerek dengan reputasi global di kota-kota dunia macam Tokyo, London, Paris, Milan, atau New York. Mereka juga belanja rumah dan apartemen di kota-kota tersebut plus Sydney, dan Singapura yang secara tradisional menjadi tujuan investasi orang super tajir Indonesia. "Tujuan mereka membeli properti di luar negeri ini adalah sebagai wealth preservation untuk mengantisipasi nilai tukar Rupiah yang terus terdepresiasi," ujar Hendra.

Selain itu, kata Hendra, properti di mancanegara itu dibeli untuk dijadikan rumah kedua (second home), rumah untuk menghabiskan masa tua, dan juga untuk anak-anak mereka yang sekolah dan menetap di sana. "Mereka cenderung membeli apartemen mewah di pusat kota agar gampang beraktivitas," tambah dia. Di Singapura, kawasan incaran orang kaya Indonesia adalah Distrik 9, 10, dan 11. Distrik-distrik tersebut merupakan kawasan elite, salah satu pusat bisnis dan keuangan dunia. Di distrik inilah terdapat sepenggal jalan yang terkenal seantero jagat raya yakni Orchard Road. 

Tak heran jika untuk apartemen tipe studio dengan luas hanya 40 meter persegi saja, menurut situs jual beli iProperty, harganya dibanderol Rp 22,3 miliar atau Rp 557,5 juta per meter persegi! Namun, kata Hendra, hal itu bukan masalah. UHNW Indonesia tetap membelinya. Ada yang beli satu unit, dua unit, atau bahkan satu lantai. Demikian halnya dengan Sydney. GM Strategic and Corporate Communication Crown Group Bagus Sukmana menuturkan, properti yang dibeli orang kaya Indonesia di ibu kota New South of Wales itu tak bisa dibilang murah. Pasalnya, lokasinya pun mentereng, macam  V by Crown Group, Skye by Crown Group, Arc by Crown Group, Oasis by Crown Group, Infinity by Crown Group, Waterfall by Crown Group sampai Eastlakes Live. Harganya serentang 700.000 dollar Australia hingga 1,2 juta dollar Australia, atau jika dikonversikan menjadi Rp 7,5 miliar sampai Rp 12,8 miliar. "Harga tersebut dipatok untuk apartemen tipe studio dan dua kamar tidur," kata Bagus.  Hingga Selasa (18/9/2018), jumlah orang kaya Indonesia yang membeli apartemen di Sydney sebanyak 110 orang.

Bagaimana dengan kecenderungan mereka berbelanja properti di dalam negeri? Apartemen Le Parc Thamrin Nine, Jakarta Pusat.(Putragaya Wahana) Hendra mengatakan, UHNW generasi milenial lebih memilih menginvestasikan fulusnya di apartemen-apartemen mewah dengan harga terendah Rp 75 juta per meter persegi hingga Rp 110 juta per meter persegi di luar PPN dan PPNBM.  Sebut saja Keraton at The Plaza di kompleks Plaza Indonesia.

Properti berikutnya yang menjadi incaran adalah Le Parc di Thamrin Nine, dan kemudian District 8 di kawasan Sudirman Central Business District (SCBD).  "Sementara kawasan Pondok Indah, Widya Chandra, Menteng, masih ditempati orang-orang kaya generasi senior," cetus Hendra. Sedangkan di Surabaya, Crazy Rich Surabayans  cenderung memilih kawasan barat karena memang sedang tren. Selain itu, orientasi pengembangan Pemerintah Kota Surabaya juga ke arah barat. Generasi tua Surabaya masih menjadikan kawasan timur yang nota bene sarat orang-orang kaya lama, sebagai tempat menghabiskan masa pensiun.  Selain Jakarta dan Surabaya, Bali pun tak lepas dari lirikan mereka. Bali dilirik karena potensial memberikan capital gain besar, karena reputasinya sebagai destinasi wisata nomor wahid versi Trip Advisor 2017. Biarpun duitnya segunung, tapi mereka juga masih mengharapkan gain  dari investasi properti-properti tersebut. Karena itu, tak semua dari UHNW tadi beli properti mahal dengan cara kontan, melainkan tunai bertahap dan juga kredit KPR/KPA. Yang namanya businessman ya harus untung. Mereka juga melihat prospek capital gain. Kalau bisa bayar bertahap, kenapa tidak, selama hal itu menguntungkan.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul ""Crazy Rich Indonesians" Belanja Properti di Singapura hingga Sydney", https://properti.kompas.com/read/2018/09/18/211043121/crazy-rich-indonesians-belanja-properti-di-singapura-hingga-sydney?page=3
Penulis : Hilda B Alexander
Editor : Hilda B Alexander