BANDUNG - Synthesis Development mengajak generasi milenial Bandung memiliki hunian, seiring semakin tingginya harga properti di Indonesia dalam beberapa tahun ke depan. Menurut Asnedi Property Investment Advisor Synthesis Development, generasi milenial yang lahir pada tahun 1980 hingga 2000-an kini sudah masuk ke dalam angkatan kerja.
Mereka diprediksi menjadi kelompok terbesar pembeli properti di Indonesia hingga 10 tahun ke depan. Namun menurut hasil survei, generasi kelahiran 1982-1995 diprediksi tidak akan bisa membeli rumah pada tahun 2020 karena kecenderungan gaya hidup tinggi.
“Sementara harga rumah terus naik dari waktu ke waktu. Di sisi lain, banyak milenial yang merasa penghasilannya belum mencukupi untuk membeli properti. Padahal, mereka bukan belum mampu, tetapi belum mau karena gaya hidup yang tinggi itu,” kata Asnedi di sela-sela Pameran Property di Trans Studio Mall, Jalan Gatot Subroto, Kota Bandung, Rabu (12/9).
Lebih lanjut dia menjelaskan, dari sisi market, pangsa pasar Bandung dari generasi milenial sangat besar. Tidak sedikit mereka bekerja di Jakarta mengandalkan sewa tempat atau apartemen. Padahal, kata dia, akan lebih praktis bila memiliki hunian sendiri. Selain harga yang masih terjangkau, juga dalam rangka investasi properti.
“Dari proyek Prajawangsa City yang membangun superblok terbaru di area Jakarta Timur, 400 unit dibeli warga Bandung dari tiga tower. Mereka adalah pelajar, pekerja, family. Ini perkembangan yang cukup bagus,” timpal dia.
Menurut dia, salah satu persoalan calon pembeli rumah adalah uang muka atau down payment (DP). Namun, kata dia, Prajawangsa City memiliki konsep agar tak terbebani DP. Mereka tetap bisa memiliki hunian di Jakarta, tanpa harus membayar DP dan biaya akad.
Prajawangsa City, kata dia, terdiri dari 8 tower dengan jumlah 4000 unit. Mengusung ciri khas Strategis, Seru, Semarak. Prajawangsa City, superblok dengan akses yang mudah. Superblok ini akan dibangun dengan 50% area hijau sebagai taman dan tempat bermain anak-anak.