JAKARTA - Pertumbuhan penduduk di Indonesia terbilang pesat dibandingkan dengan negara-negara lain. Seiring dengan hal tersebut membuat permintaan akan hunian terus meningkat. Keterbatasan tanah pun membuat harga properti hunian terus meningkat.
Kondisi tersebut pun menjadi potensi yang menjanjikan bagi pihak yang hendak berinvestasi di sektor properti hunian. Properti hunian sendiri tergolong 2 macam, mulai dari landed house hingga hunian vertikal.
Keduanya memiliki potensi yang sama baiknya untuk menjadi lahan berinvestasi. Lantas, bagi mereka yang masih pemula atau baru akan berkcimpung berinvestasi di properti hunian, hunian jenis apa yang paling cocok?
"Kalau orangtua kita jaman dulu kan investasi itu kan tanah ya. Sampai sekarang tanah juga nggak ada matinya untuk pasarnya," ujar Kepala Departemen Riset dan Konsultasi Savills Indonesia Anton Sitorus dihubungi Okezone di Jakarta.
Sehingga, ia menilai, bagi investor pemula di sektor properti bisa memantapkan pilihannya dengan berinvestasi di properti hunian di atas tanah atau landed house. "Properti yang tergolong landed properti, jadi unsur tanahnya masih dominan, bisa rumah bisa ruko (rumah toko) atau apalah yang berdiri di atas tanah, jelasnya.
Sementara apartemen, ia menilai perlu pemahaman khusus bagi mereka yang hendak berinvestasi di dalamnya. "Kalau apartemen dia lebih membutuhkan kayak tadi saya bilang memahami kondisi pasar, memahami tren dan sebagainya," ungkapnya.
Namun, pada dasarnya, properti hunian, baik itu landed house atau hunian vertikal macam apartemen, keduanya memiliki potensi yang sama menjanjikannya. Sebab, kebutuhan masyarakat terhadap hunian terus meningkat.
"Sampai sekarang sih saya pikir nggak jauh beda ya. Artinya, sektor hunian mau itu rumah atau apartemen masih potensinya masih besar. Kita bukan kayak di kutub utara. Kutub utara kan enggak ada penduduknya. Kebutuhannya kalau di Indonesia kan masih banyak," tukasnya.
(rai)